Upacara Turun Mandi di Pariaman
DOI:
https://doi.org/10.36057/jilp.v7i1.614Keywords:
Upacara, Turun Mandi, PariamanAbstract
Minangkabau terkenal dengan budaya-budaya nenek moyang yang sangat beragam. Budaya budaya tersebut telah ada dari zaman dahulu kala dan terus berkembang di masyarakat. Kebudayaan yang ada tersebut menjadi ciri dan keunikan tersendiri bagi suatu daerah. Dengan adanya suatu kebudayaan atau tradisi disuatu daerah akan menjadikan daerah tersebut lebih berwarna dalam system social masyarakatnya. Kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat akan mencerminkan tingkah laku, sikap dan sekaligus mencerminkan kepribadian masyarakat di suatu daerah. Sudah semestinya kita sebagai masyarakat yang ada didaerah tersebut menjaga dan melestarikan kebudayaan setempat. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, tradisi-tradisi yang ada sudah tergerus, salah satunya yaitu tradisi upacara turun mandi. Upacara turun mandi salah satunya terdapat di Pariaman, Sumatera Barat. Upacara ini sangat kompleks mulai dari sejarah dan tata cara pelaksanaannya serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Tradisi ini dikhawatirkan akan tergerus dan bahkan dapat hilang dari daerah tersebut. Oleh karenanya tradisi-tradisi seperti ini harus dilestarikan keberadaannya oleh kita sebagai bangsa Indonesia. Artikel ini dibuat untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai apa itu upacara turun mandi, bagaimana tata cara pelaksanaannya serta nilai-nilai yang terdapat pada upacara turun mandi. Upacara turun mandi ini merupakan tradisi yang terdapat di Sumatera Barat sebagai bentuk syukur masyarakat minang terhadap Allah SWT atas nikmat yang diberikan, yaitu berupa seorang bayi yang baru lahir ke dunia. Tradisi ini juga sebagai tanda atau simbol bahwa dari sebuah suku atau keluarga telah lahir keturunan baru. Pelaksanaan upacara turun mandi diawali dengan membersihkan rumah sebelum acara dimulai untuk menerima tamu dan menciptakan suasana bersih dan nyaman bagi anak, kemudian dilanjutkan dengan memandikan bayi dengan air yang dicampur berbagai rempah-rempah yang dipercaya mampu membersihkan dan melindungi bayi, lalu orang tua akan membacakan doa untuk anak tersebut untuk memohon keselamatan dan kebahagiaan bagi sang anak, selanjutnya bayi tersebut diberi nama oleh para tetua adat, dan tahap terakhir yaitu para tamu mengucapkan selamat kepada keluarga bayi tersebut yang biasanya perayaan tersebutakan dihidangkan makanan dan minuman. Upacara turun mandi memiliki nilai-nilai religious, social budaya serta nilai-nilai pendidikan. Upacara ini selain sebagai bentuk syukur karena mendapat keturunan baru juga tujuan utamanya untuk memperkenalkan dan menjalin silaturahmi dengan masyarakat setempat. Membawa bayi keluar dari rumah juga akan mengenalkan anak pada alam sekitar, sehingga pihak keluarga berharap ketika anak tumbuh besar, ia akan mengenal alam, dapat hidup dengan alam serta menikmati banyak atraksi alam atau dalam filosofi Minang dikenal dengan “Alam Takambang jadi Guru”.
Downloads
References
Suparlan, P. (2004). Hubungan Antar Sukubangsa. Jakarta: Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian.
Nurkhalida, M.A.R. (2023). MALAY Studies : History, Culture and Civilization Vol. 2 No. 1, 33-34
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 Jurnal Ilmiah Langue and Parole
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.