Mandoa Sambareh Bulan Rajab Sebagai Tradisi Menyambut Bulan Suci Ramadhan di Padang Pariaman

Authors

  • Dinda Puspita Universitas Bung Hatta
  • Hasnul Fikri Universitas Bung Hatta
  • Rahma Zakia Universitas Bung Hatta
  • Rilo Gama Fadhli Rohim Universitas Bung Hatta
  • Alif Luqmanul Mukmin Universitas Bung Hatta

DOI:

https://doi.org/10.36057/jilp.v7i1.612

Keywords:

Makanan/Kuliner, Minangkabau, Adat, Keagamaan

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah  (1) Tradisi Mandoa sambareh di Padang Pariaman dan proses pembuatan sambareh dalam tradisi Mandoa sambareh di Padang Pariaman untuk meningkatkan minat generasi muda dalam menyantap makanan tradisional sambareh. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. metode sastra, yaitu dengan  mengumpulkan berbagai  bacaan dari sumber-sumber yang ada, kemudian dianalisis dan dipadukan dengan permasalahan yang dipertimbangkan. Bagi sebagian masyarakat setempat, bulan Rajab atau Sambareh juga mempunyai nama lain yaitu “bulan anak”, karena tujuan mereka melaksanakan tradisi ini adalah untuk mendoakan arwah orang yang meninggal seperti orang tua atau anak. Di Padang Pariaman, para pendeta yang mengaji diberi gelar Tuanku, Tuanku adalah orang yang memimpin salat atas nama orang yang mengamalkan tradisi tersebut. Tuanku ini biasanya ada di setiap desa dan diundang ke rumah-rumah penduduk untuk melakukan sambareh mula. Di Sambareh müla terdapat kitab doa khusus yang dibaca pada saat acara müla. Tidak seperti doa-doa kebanyakan karena di dalam buku ini terdapat bacaan khusus untuk berdoa dengan makanan sumbareh. Eksekusi Sambareh müla sendiri biasanya dilakukan pada malam hari, namun ada juga yang sore hari. Biasanya orang yang ingin salat terlebih dahulu menyiapkan sambareh di rumah. Setelah itu warga memanggil Tuanku untuk membacakan doa. Saat tuanku memasuki rumah warga, doa pun dipanjatkan. Sebelum mula tentu ada tujuannya, yang disebut “kaba”. Ka'bah sendiri biasanya merupakan ucapan kepada orang yang telah meninggal, kepada ladang kebaikan, untuk memperlancar rezeki seseorang, tentunya doa bulan kanak-kanak ini tidak luput dari doa ka'bah ini. Setelah selesai salat, tuan rumah mempersembahkan makanan seperti yang biasa dilakukan bagal, yaitu. nasi dan sambal. Ketika makan selesai, sambaraeh disajikan kepada Tuhan. Sambareh ini disajikan dengan saus cocolan. Setelah Sang Guru makan, Sang Guru mencicipi sambareh tersebut, Setelah itu Sang Guru pulang ke rumah, namun sebelum kembali Sang Guru juga menerima sedekah. Menurut kepercayaan masyarakat, sedekah bermanfaat untuk tabungan akhirat dan juga agar doa kita sampai dan diterima oleh Yang Maha Kuasa. Selain sedekah, Tuanku juga diberi sebungkus sambareh untuk dibawa pulang. Begitulah pelaksanaan tradisi sambareh müla yang masih eksis hingga saat ini. Tradisi ini terus berkembang di masyarakat. Karena masyarakat umum mengimani sambareh mula di bulan Rajab, hal ini dikaitkan dengan peristiwa penting bagi umat Islam yang juga terjadi di bulan tersebut. Walaupun bulan Rajab telah digantikan dengan bulan anak-anak atau Sambareh, namun bulan ini merupakan bulan yang dimuliakan, sehingga Padang Pariaman khususnya Padang Pariaman mempunyai tradisi tersendiri di bulan ini. Menurut mereka, Sunnah Nabi bisa kita penuhi dengan makanan, dan makanan tersebut merupakan simbol dalam tradisi. Kalau sekedar bagal, hari-hari biasa juga bisa, namun dengan semaraknya bulan Sambareh, masyarakat pun turut menghormatinya dengan menambahkan sambareh sebagai simbol datangnya bulan Rajab. Generasi muda kita kedepannya diharapkan tetap menjaga tradisi yang ada, karena tradisi seperti müla sambareh mempunyai arti tersendiri bagi masyarakat. Generasi penerus kita hendaknya lebih memperhatikan tradisi karena tradisi bagal merupakan identitas Minangakabau dan Padang Pariaman, khususnya daerah Padang Pariaman. Tradisi ini harus selalu dilestarikan agar tidak punah.Bulan Rajab merupakan bulan ketujuh diantara 12 bulan penanggalan Hijriah. Sering dikatakan bahwa bulan ini adalah bulan kebaikan, “bulan Allah” dan seterusnya. Keutamaan bulan Rajab yang sering disebutkan yaitu puasa 7 hari di bulan Rajab menutup pintu neraka dan puasa 8 hari membuka 8 pintu surga. Di daerah Padang Pariaman, bulan Rajab sering disebut dengan bulan Sambareh. Sambareh adalah makanan yang terbuat dari tepung beras atau disebut juga serabi. Bagi sebagian masyarakat setempat, Bulan Rajab atau Bulan Sambareh juga disebut dengan nama lain “Anak Kanak Bulan” karena tujuan mereka  melaksanakan tradisi ini adalah untuk mendoakan mereka. arwah yang telah meninggal seperti orang tua atau anak yang telah meninggal.

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biography

Dinda Puspita, Universitas Bung Hatta

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Keguruan dan Ilmu Pendidikan

References

https://m.antaranews.com/berita/636571/jaja nan-tradisional-kurang-diminati-generasi-muda

https://reportaseinvestigasi.com/mandoa-sambareh-di-bulan-rajab-mengenal-tradisi-menyambut-bulan-suci-ramadhan-di-padang-pariaman/

https://m.oase.id/read/R1AMPR-mengenal-mandoa-sambareh-tradisi-masyarakat-pariaman-di-bulan-rajab

https://www.randangrajorajo.com/sambareh-diidentik-dengan-tradisi-rajab-di-padang-pariaman/

https://www.piamanexplore.com/2022/04/sambareh-makanan-khas-minang-yang.html?m=1

https://www.akurat.co/travel/1302345271/Mengenal-Tradisi-Rajab-Mandoa-Sambareh-Asal-Padang-Pariaman

Sjarifoedin, Amir, Tj. A. 2011, Minangkabau, dari Dinasti Iskandar Zulkarnain sampai Tuanku Imam Bonjol, Jakarta, PT. Gria Media Prima

Tanjung. Armaidi, Kalender Piaman di Mata. Armaidi Tanjung. MinangkabauNews, Selasa 06 Oktober 2015. Wempi, Yohanes, Budaya Minang, "Maanta http://www.kompasiana.com.

Zed, Mestika, 2017. Saudagar Pariaman Menerjang Ombak Membangun Maskapai, Jakarta: LP3ES

Zubir, Zusneli, (T, Th.), Kuliner Pantai Barat Sumatera: Studi Kasus Masakan. Tradisional Khas Padang Pariaman Dalam Perspektif Sejarah, Makalah, Padang, Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB). Dirjen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Downloads

Published

2023-12-01

How to Cite

Puspita, D., Fikri, H., Zakia, R., Fadhli Rohim, R. G., & Mukmin, A. L. (2023). Mandoa Sambareh Bulan Rajab Sebagai Tradisi Menyambut Bulan Suci Ramadhan di Padang Pariaman. Jurnal Ilmiah Langue and Parole, 7(1), 21–27. https://doi.org/10.36057/jilp.v7i1.612

Similar Articles

1 2 > >> 

You may also start an advanced similarity search for this article.